Terima kasih telah berkunjung ke seruan muslim7 ,Insyaallah bermanfaat dan mohon maaf atas kekurangan kekurangan yang ada , SUKRON !!

Search.......

Kutipan

"Komandoin orang buat baca 100 sholawat skrng ya. Malam ini. Silahkan bikin redaksinya sendiri. Yg jelas, saya baca nih skrng. Dg harapan diikuti oleh sebanyak2nya orang bacaan sholawat saya ini. Dg begitu didapet irama yg sama, frekuensi persiapan doa yg sama. Habis baca sholawat, doa dan saling mendoakan dah. Makasih ya..

Kamis, 31 Maret 2011

BAB: APAKAH NABI SAW. MELIHAT ALLAH DALAM MALAM MI’RAJ


111. Masruq berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah r.a.:  Hai Ibu apakah Nabi Muhammad saw. telah melihat Allah?  Jawab Aisyah r.a. :  Sungguh berdiri bulu romaku sebab pertanyaanmu itu, dimanakah engkau dari tiga macam, orang yang menerangkan itu maka ia dusta:
1. Siapa yang menerangkan padamu bahwa Nabi Muhammad saw. melihat Allah, maka ia dusta. Lalu ia membaca : Laa tudrikuhul abshaaru wa huwa yudrikul abshaara wa huwal lathiful (Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, dan Dia yang mencapai semua penglihatan, dan Dia maha halus kekuasaanNya yang maha mengetahui sedalam-dalamnya) dan ayat: Wama kana libasyarin an  yukallimahullah illa wahyan au min waraa’i hijab (Tiada seorang yang berkata-kata dengan Allah melainkan dengan wahyu atau dari balik tabir/hijab).
2. Siapa yang mengatakan bahwa ia mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, maka sungguh dusta, lalu dibacakan ayat : Wama tadri nafsun madza taksibu ghada (Dan tiada seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari).
3. Dan siapa yang berkata bahwa Nabi Muhammad saw. menyembunyikan apa yang diwahyukan oleh Allah maka sungguh orang itu dusta, lalu Siti Aisyah membaca: Ya ayyuhar rasulu balligh maa unzila ilaika min rabbika (Hai utusan Allah sampaikanlah apa yang diturunkan oleh Tuhan kepadamu).
Tetapi Nabi Muhammad saw. telah melihat Jibril dalam bentuk yang sebenarnya dua kali.  (Bukhari, Muslim).

BAB: ORANG MUKMIN DI AKHIRAT PASTI DAPAT MELIHAT ALLAH SWT.

113. Abu Musa r.a. berakata: Rasulullah saw. bersabda : Ada dua buah Surga yang terbuat dari perak beserta wadah dan segala isi kandungannya, dan dua buah Surga yang terbuat dari emas beserta wadah dan segala isi kandungannya. Penghalang ahli Surga untuk memandang Rabb mereka hanyalah hijab Keagungan pada Wajah-Nya di Surga Adn.  (Bukhari, Muslim).

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ جَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَجَنَّتَانِ مِنْ ذَهَبٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ إِلَّا رِدَاءُ الْكِبْرِيَاءِ عَلَى وَجْهِهِ فِي جَنَّةِ عَدْنٍ

 

Kiamat

”(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras”.(terjemah QS. Al Hajj [22]: 2)

BAB: AHLI NERAKA YANG PALING RINGAN SIKSANYA

127. An-Nu’man bin Basyir r.a. berkata: Aku telah mendengar Nabi SAW. bersabda: Sesungguhnya seringan-ringan siksa ahli neraka di hari kiamat, ialah orang yang di bawah telapak kakinya diletakkan bara api yang dapat mendidihkan otaknya. (Bukhari, Muslim).

BAB: AHLI NERAKA YANG PALING RINGAN SIKSANYA

127. An-Nu’man bin Basyir r.a. berkata: Aku telah mendengar Nabi SAW. bersabda: Sesungguhnya seringan-ringan siksa ahli neraka di hari kiamat, ialah orang yang di bawah telapak kakinya diletakkan bara api yang dapat mendidihkan otaknya. (Bukhari, Muslim).

Mengapa Harus Berjilbab..??

Bismillah,

Bila anda seorang muslimah dewasa dan masih belum menutup auratnya dengan hijab dan jilbab yang benar, maka ada baiknya merenungkan kembali alasan anda dengan menyimak dialog pemikiran dbawah ini.

ALASAN
I
: Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/kegunaan jilbabKami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini; Pertama, apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama Islam? Dengan alami ia berkata, Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa ha Illallah! Yang menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadan rasullullah! Yang menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu ia yakin akan Islam beserta seluruh hukumnya. Kedua, kami menanyakan; Bukankah memakai jilbab termasuk hukum dalam Islam? Apabila saudari ini jujur dan dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan berkata; Ya, itu adalah sebagian dari hukum Islam yang tertera di Al-Quran suci dan merupakan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang suci. Jadi kesimpulannya disini, apabila saudari ini percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa ia tidak melaksanakan hukum dan perintahnya?

ALASAN
II
: Saya yakin akan pentingnya jilbab namun Ibu saya melarangnya, dan apabila saya melanggar ibu, saya akan masuk neraka.Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah SWT termulia, Rasulullah SAW dalam nasihatnya yang sangat bijaksana; “Tiada kepatuhan kepada suatu ciptaan diatas kepatuhan kepada Allah SWT.” (HR Ahmad). Sesungguhnya, status orangtua dalam Islam, menempati posisi yang sangat tinggi dan terhormat. Dalam sebuah ayat disebutkan; “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang Ibu Bapak . . “ (QS. An-Nisa:36). Kepatuhan terhadap orangtua tidak terbatas kecuali dalam satu aspek, yaitu apabila berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Allah berfirman; “dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…(QS. Luqman : 15)Berbuat tidak patuh terhadap orangtua dalam menjalani perintah Allah SWT tidak menyebabkan kita dapat berbuat seenaknya terhadap mereka. Kita tetap harus hormat dan menyayangi mereka sepenuhnya. Allah berfirman di ayat yang sama; “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun melanggar Allah SWT yang menciptakan kamu dan ibumu.

ALASAN
III
: Posisi dan lingkungan saya tidak membolehkan saya memakai jilbab.Saudari ini mungkin satu diantara dua tipe: dia tulus dan jujur, atau sebaliknya, ia seorang yang membohongi dirinya sendiri dengan mengatasnamakan lingkungan pekerjaannya untuk tidak memakai jilbab. Kita akan memulai dengan menjawab tipe dia adalah wanita yang tulus dan jujur. “Apakah anda tidak tidak menyadari saudariku tersayang, bahwa wanita muslim tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa menutupi auratnya dengan hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk mengetahuinya? Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak waktu dan tenagamu untuk melakukan dan mempelajari berbagai macam hal di dunia ini, bagaimana mungkin engkau dapat sedemikian cerobohnya untuk tidak mempelajari hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan Allah dan kematianmu?” Bukankah Allah SWT telah berfirman; “
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak
mengetahui (QS An-Nahl : 43).
Belajarlah untuk mengetahui hikmah menutup auratmu. Apabila kau harus keluar rumahmu, tutupilah auratmu dengan jilbab, carilah kesenangan Allah SWT daripada kesenangan syetan. Karena kejahatan dapat berawal dari pemandangan yang memabukkan dari seorang wanita..Saudariku tersayang, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam menjalani sesuatu dan berusaha, kau akan menemukan ribuan tangan kebaikan siap membantumu, dan Allah SWT akan membuat segala permasalahan mudah untukmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman; “
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya..”(QS. AtTalaq :2-3)
.. Kedudukan dan kehormatan adalah sesuatu yang ditentukan oleh Allah SWT. Dan tidak bergantung pada kemewahan pakaian yang kita kenakan, warna yang mencolok, dan mengikuti trend yang sedang berlaku. Kehormatan dan kedudukan lebih kepada bersikap patuh pada Allah SWT dan Rasulullah SAW, dan bergantung pada hukum Allah yang murni. Dengarkanlah kalimat Allah;
“sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa diantara kamu..”(QS. Al-Hujurat:13)
.Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu dengan mencari kesenangan dan keridhoan Allah SWT, dan berikan harga yang sedikit pada benda-benda mahal yang dapat menjerumuskanmu.

ALASAN
IV
: Udara di daerah saya amatlah panas dan saya tidak dapat menahannya. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasinya apalagi jika saya memakai jilbab.Allah SWT memberikan perumpamaan dengan mengatakan;
“api neraka jahannam itu lebih lebih sangat panas(nya) jikalau mereka
mengetahui..”(QS At-Taubah : 81).
Bagaimana mungkin kamu dapat membandingkan panas di daerahmu dengan panas di neraka jahannam? Sesungguhnya saudariku, syetan telah mencoba membuat tali besar untuk menarikmu dari panasnya bumi ini kedalam panasnya suasana neraka. Bebaskan dirimu dari jeratannya dan cobalah untuk melihat panasnya matahari sebagai anugerah, bukan kesengsaraan. Apalagi mengingat bahwa intensitas hukuman dari Allah akan jauh lebih berat dari apa yang kau rasakan sekarang di dunia fana ini. Kembalilah pada hukum Allah dan berlindunglah dari hukuman-Nya, sebagaimana tercantum dalam ayat; “
mereka tidak merasakan kesejukan didalamnya dan tidak (pula mendapat)
minuman, selain air yang mendidih dan nanah” (QS. AN-NABA 78:24-25)
. Kesimpulannya, surga yang Allah janjikan, penuh dengan cobaan dan ujian. Sementara jalan menuju neraka penuh dengan kesenangan, nafsu dan kenikmatan.

ALASAN
V :
Saya takut, bila saya memakai jilbab sekarang, di lain hari saya akan melepasnya kembali, karena saya melihat banyak sekali orang yang begitu.Kepada saudari itu saya berkata, “apabila semua orang mengaplikasikan logika anda tersebut, mereka akan meninggalkan seluruh kewajibannya pada akhirnya nanti! Mereka akan meninggalkan shalat lima waktu karena mereka takut tidak dapat melaksanakan satu saja waktu shalat itu. Mereka akan meninggalkan puasa di bulan ramadhan, karena mereka takut tidak dapat menunaikan satu hari ramadhan saja di bulan puasa, dan seterusnya. Tidakkah kamu melihat bagaimana syetan telah menjebakmu lagi dan memblokade petunju bagimu? Allah SWT menyukai ketaatan yang berkesinambungan walaupun hanya suatu ketaatan yang sangat kecil atau dianjurkan. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang benar-benar diwajibkan sebagaimana kewajiban memakai jilbab? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda; “Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan mulia yang terus menerus, yang mungkin orang lain anggap kecil.” Mengapa kamu saudariku, tidak melihat alasan mereka yang dibuat-buat untuk menanggalkan kembali jilbab mereka dan menjauhi mereka? Mengapa tidak kau buka tabir kebenaran dan berpegang teguh padanya? Allah SWT sesungguhnya telah berfirman; “
maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu,
dan bagi mereka yang datang di masa kemudian, serta menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa” (QS. AL BAQARAH 2:66).
Kesimpulannya, apabila kau memang teguh petunjuk dan merasakan manisnya keimanan, kau tidak akan meninggalkan sekali pun perintah Allah setelah kau melaksanakannya.

ALASAN
VI
: Apabila saya memakai jilbab, maka jodohku akan sulit, jadi aku akan memakainya nanti setelah menikah.Saudariku, suami mana pun yang lebih menyukaimu tidak memakai jilbab dan membiarkan auratmu di depan umum, berarti dia tidak mengindahkan hukum dan perintah Allah dan bukanlah suami yang berharga sejak semula. Dia adalah suami yang tidak memiliki perasaan untuk melindungi dan menjaga perintah Allah , dan jangan pernah berharap tipe suami seperti ini akan menolongmu menjauhi api neraka, apalagi memasuki surga Allah . Sebuah rumah yang dipenuhi dengan ketidak-taatan kepada Allah SWT, akan selalu menghadapi kepedihan dan kemalangan di dunia kini dan bahkan di akhirat nanti. Allah SWT berfirman;
“dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta” (QS. TAHA 20:124).
Pernikahan adalah sebuah pertolongan dan keberkahan dari Allah kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Berapa banyak wanita yang ternyata menikah sementara mereka yang tidak memakai jilbab tidak?Apabila kau, saudariku tersayang, mengatakan bahwa ketidak-tertutupanmu kini adalah suatu jalan menuju sesuatu yang murni, asli, yaitu pernikahan. Tidak ada ketertutupan. Saudariku, suatu tujuan yang murni, tidak akan tercapai melalui jalan yang tidak murni dan kotor dalam Islam. Apabila tujuannya bersih dan murni, serta terhormat, maka jalan menuju kesana pastilah harus dicapai dengan bersih dan murni pula. Dalam syariat Islam kita menyebutnya : Alat atau jalan untuk mencapai sesuatu, tergantung dari peraturan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut. Kesimpulannya, tidak ada keberkahan dari suatu perkawinan yang didasari oleh dosa dan kebodohan.

ALASAN VII : Saya tidak memakai jilbab berdasarkan perkataan Allah SWT :

“dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan
bersyukur)” (QS.Ad-Dhuhaa 93: 11).
Bagaimana mungkin saya menutupi anugerah Allah berupa kulit mulus dan rambutku yang indah?Jadi saudari kita ini mengacu pada Kitab Allah selama itu mendukung kepentingannya dan pemahamannya sendiri ! ia meninggalkan tafsir sesungguhnya dibelakang ayat itu apabila hal itu tidak menyenangkannya. Apabila yang saya katakan ini salah, mengapa saudari kita ini tidak mengikuti ayat :
“janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak
daripadanya” (QS An-Nur 24: 31]
dan sabda Allah SWT: “
katakanlah kepada istri-istrimu,anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya..” (QS Al-Ahzab 33:59
).
Dengan pernyataan darimu itu, saudariku, engkau telah membuat syariah sendiri bagi dirimu, yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah, yang disebut at-tabarruj dan as-sufoor. Berkah terbesar dari Allah SWT bagi kita adalah iman dan hidayah, yang diantaranya adalah menggunakan hijab. Mengapa kamu tidak mempelajari dan menelaah anugerah terbesar bagimu ini? Kesimpulannya, apakah ada anugerah dan pertolongan terhadap wanita yang lebih besar daripada petunjuk dan hijab?

ALASAN VIII
: Saya tahu bahwa jilbab adalah kewajiban, tapi saya akan memakainya bila saya sudah merasa terpanggil dan diberi petunjuk oleh-Nya.Saya bertanya kepada saudariku ini, rencana atau langkah apa yang ia lakukan selama menunggu hidayah, petunjuk dari Allah SWT seperti yang dia katakan? Kita mengetahui bahwa Allah SWT dalam kalimat-kalimat bijak-Nya menciptakan sebab atau cara untuk segala sesuatu. Itulah mengapa orang yang sakit menelan sebutir obat untuk menjadi sehat, dan sebagainya.. Apakah saudariku ini telah dengan seluruh keseriusan dan usahanya mencari petunjuk sesungguhnya dengan segala ketulusannya, berdoa, sebagaimana dalam surah Al-Fatihah 1:6 “Tunjukilah kami jalan yang lurus” serta berkumpul mencari pengetahuan kepada muslimah-muslimah lain yang lebih taat dan yang menurutnya telah diberi petunjuk dengan menggunakan jilbab? Kesimpulannya, apabila saudariku ini benar-benar serius dalam mencari atau pun menunggu petunjuk dari Allah , dia pastilah akan melakukan jalan-jalan menuju pencariannya itu.

ALASAN IX
: Belum waktunya bagi saya. Saya masih terlalu muda untuk memakainya. Saya pasti akan memakainya nanti seiring dengan penambahan umur dan setelah saya pergi haji.Malaikat kematian, saudariku, mengunjungi dan menunggu di pintumu kapan saja Allah berkehendak. Sayangnya, saudariku, kematian tidak mendiskriminasi antara tua dan muda dan ia mungkin saja datang disaat kau masih dalam keadaan penuh dosa dan ketidaksiapan Allah SWT berfirman;
“tiap umat mepunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya” (QS Al-An’aam 7:34]
saudariku tersayang, kau harus berlomba-lomba dalam kepatuhan pada Allah SWT, “
berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang
luasnya seluas langit dan bumu..”(QS Al-Hadid 57:21
).
Saudariku, jangan melupakan Allah atau Ia akan melupakanmu di dunia ini dan selanjutnya. Kau melupakan jiwamu sendiri dengan tidak memenuhi hak jiwamu untuk mematuhi-Nya. Allah mengatakan tentang orang-orang yang munafik,
“dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri”(QS Al-Hashr 59: 19)
saudariku, memakai jilbab di usiamu yang muda, akan memudahkanmu. Karena Allah akan menanyakanmu akan waktu yang kau habiskan semasa mudamu, dan setiap waktu dalam hidupmu di hari pembalasan nanti.Kesimpulannya, berhentilah menetapkan kegiatanmu dimasa datang, karena tidak seorang pun yang dapat menjamin kehidupannya hingga esok hari.

ALASAN X :
Saya takut, bila saya memakai jilbab, saya akan di-cap dan digolongkan dalam kelompok tertentu! Saya benci pengelompokan!Saudariku, hanya ada dua kelompok dalam Islam. Dan keduanya disebutkan dalam Kitabullah.. Kelompok pertama adalah kelompok / tentara Allah (Hizbullah) yang diberikan pada mereka kemenangan, karena kepatuhan mereka. Dan kelompok kedua adalah kelompok syetan yang terkutuk (hizbush-shaitan) yang selalu melanggar Allah SWT. Apabila kau, saudariku, memegang teguh perintah Allah, dan ternyata disekelilingmu adalah saudara-saudaramu yang memakai jilbab, kau tetap akan dimasukkan dalam kelompok Allah SWT. Namun apabila kau memperindah nafsu dan egomu, kau akan mengendarai kendaraan Syetan, seburuk-buruknya teman.Saudariku,Jangan biarkan tubuhmu dipertontonkan di pasar para syetan dan merayu hati para pria. Model rambut, pakaian ketat yang mempertontonkan setiap detail tubuhmu, pakaian-pakaian pendek yang menunjukkan keindahan kakimu, dan semua yang dapat membangkitkan amarah Allah SWT dan menyenangkan syetan. Setiap waktumu yang kau habiskan dalam kondisi ini, akan terus semakin menjauhkanmu dari Allah dan semakin membawamu lebih dekat pada syetan. Setiap waktu kutukan dan kemarahan menuju kepadamu dari surga hingga kau bertaubat. Setiap hari membawamu semakin dekat kepada kematian. “
tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain dari kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali ‘Imran 3:185).

Naikilah kereta untuk mengejar ketinggalan, saudariku, sebelum kereta itu melewati stasiunmu. Renungkan secara mendalam, saudariku, apa yang terjadi hari ini sebelum esok datang. Pikirkan tentang hal ini, saudariku

sekarang, sebelum semuanya terlambat !

Mengapa Allah SWT Menyuruh kita berdo`a..??

Sobat rohimakumullah! Suatu ketika dalam sebuah majelis ilmu ada seorang santri bertanya pada Pak kyai,
“Pak Kyai, mengapa Allah menyuruh kita berdoa? Apakah karena Allah tidaktahu kebutuhan kita? Kalau Allah itu tahu kebutuhan kita (hambaNya), harusnyatanpa kita memintapun, Allah akan memberi kan Pak Kyai? Karena Allah itu MahaMemberi. Jadi untuk apa kita berdoa Pak Kyai?”
Mendengar pertanyaan itu seketika seisi ruangan masjid agung yang besar itu terkesiap. Semua diam dan hening. Sungguh pertanyaan yang sangat berani. Tapi saya pikir masuk akal juga. Setelah diam sejenak Pak Kyai yang arif dan bijaksana itu, dengan tersenyum penuh kelembutan memberikan jawaban yang sangat gamblang. “
Anakku, Allah menyuruh kita berdoa, itu bukan berarti Allah tidak tahu kebutuhankita. Allah itu Maha Tahu. Bahkan Allah jauh lebih tahu kebutuhan kita dibandingkita sendiri. Coba pikir! Apa pernah kamu berdoa, “Ya Allah berikanlah akuudara”.
Tidak pernah kan? Tapi Allah memberikan, karena Allah tahu kita butuh udara. Begitu juga dengan kebutuhan kita yang lain. Sebenarnya teramat banyak yang tidak kita minta tapi Allah memberikan. Karena apa? Karena Allah tahu bahwa kita butuh. Ini yang pertama. Yang kedua, Allah menyuruh kita berdoa bukan berarti Allah butuh doa kita, tidak. Sama sekali tidak. Seandainya semua manusia bahkan termasuk semua jin menolak berdoa kepadaNya, kemuliaanNya tidak akan berkurang sedikitpun. Demikian juga sebaliknya. Seandainya semua manusia dan jin berdoa kepadaNya tidak akan menambah kemuliaanNya sedikitpun. Lalu yang jkadi pertanyaan : “mengapa Allah menyuruh kita berdoa?” Allah menyuruh kita berdoa karena :
1. Untuk senantiasa mengingatkan bahkan kita ini hanyalah seorang hamba. Dengan senantiasa mengingat bahwa kita ini hanyalah hamba, maka kita akan terhindar dari sikap sombong, takabur dan tinggi hati
2. Doa itu adalah dzikir. Dengan berdoa berarti telah mengingat Allah Tuhan Pencipta kita. Dengan mengingat Allah maka hati kita akan tenang. Hiduppun juga akan tenteram.
Sebagaimana firman Allah dalam QS Ar Ra’d ayat 28 :’ yaitu orang-orang
yangberiman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah

Jadi, hanya dengan senantiasa mengingat ”Allah”lah hati kita maupun hidup kita akan tenang. Hal ini kita butuhkan to?
3. Doa itu adalah tujuan, keinginan atau target yang ingin kita capai. Ketika kita berdoa “Ya Allah, limpahkanlah kepadaku rezeki yang melimpah”. Maka rezeki yang melimpah adalah target kita. Tentunya target tidak akan pernah tercapai bila tidak disertai usaha yang optimal. Ibarat orang bercocok tanam, usaha itu adalah benihnya. Sedangkan doa adalah pupuknya. Jadi doa yang tidak disertai usaha sama saja seperti menebarkan pupuk tapi tak pernah menaburkan benih. Ya….kapan akan panen?
4. Doa itu penyemangat, pemberi harapan. Jadi orang yang berdoa adalah orang yang masih punya harapan. Dengan adanya harapan hidup akan lebih bersemangat, lebih bergairah.
5. Yang paling penting, doa itu adalah intinya ibadah. Sebagai hamba Allah tugas utama kita adalah beribadah kepadaNya. Barangsiapa yang baik ibadahnya akan senantiasa mendapatkan ridhoNya. Siapapun yang mendapatkan ridhoNya akan bahagia hidupnya baik didunia yang fana ini maupun nanti diakhirat yang kekal. Siapa yang tidak ingin bahagia hidupnya, hayo…siapa? Jadi hakekatnya kitalah yang butuh berdoa, bukan Allah bukan siapapun. Oleh karena itu selama masih ada waktu marilah kita perbanyak doa, smoga Allah meridhoi kita . Amin. Wallahu a’lam

Meraba Murka Allah Subhanallahu ta`ala

Renungan Ayat



" Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang berilmu)"(QS. Fathir:28)



" Celakaanlah bagi pengumpat dan pencela," (QS. Al-Humazah; 1)



Prolog

Kalau saya berantem ama isteri dengan jelas bisa melihat bentuk kemarahan di wajahnya. Bisa jadi beberapa jam nggak bertegur sapa, dan akan jelas terlihat dalam sikapnya yang mungkin aja ngebanting apa aja. Begitu pula kalau ortu lagi marah sama kita,kalaupun tidak terlihat ada kemarahan di wajah mereka, minimal dah nggak adalagi uang jajan besok hari.

Dengan jelas kita bisa melihat bentuk kemarahan siapa saja, yang mungkin saja ada perbuatan atau ucapan kita yang tidak berkenan di hati mereka.



Apa Ada Petir Menyambar!!!



Nah, gimana kita bisa menebak jika yang marah itu Gusti Allah???? Apa tiba-tiba datang petir nyambar kita?? Apa tiba-tiba datang angin topan ngerusak rumah kita?

Bisa jadi kita merasakan bahwa selama ini kita baik-baik saja, keluarga adem ayem, anak-anak sukses,pekerjaan, lumayan nggak kekurangan apa-apa. Tapi! Gimana kalau kehidupan yang "baik-baik" saja itu ternyata Allah justeru "Ngambek"!! alias Murka...Naudzubillah min dzalik

Ataupun begini, kita banyak masalah, hutang disana sini, rumah tangga dalam kategori "gawat", pekerjaan nggak karuan dan segala kesulitan lainnya. Namun ternyata justeru Allah tidak marah, bahkan DIA memberi latihan atau istilah kerennya "Cobaan" sebagai sarana latihan karena akan diberi kehidupan baik dan bagus nantinya.

Jadi kesimpulannya kita tidak akan bisa merasakan atau bahkan tidak akan pernah mengetahui apakah Allah itu mara hatau nggak ama kita???

Karena masalahnya kita sekarang mau buat baik ataupun dosa sekalipun, kayaknya langit sama saja tuh??? Artinya bagaimana kita tahu kalau Allah itu marah ama kita??



Gimana Ngeliat Murka nya Allah!!!

Jawabanya bermacam-macam dan banyak agi, yang pasti orang yang suka baca Al-Qur'an, orang yang giat mencari ilmu agama, orang yang suka mengkaji sekaligus buka-buka terjemah Qur'an, atau yangsedang belajar bahasa Arab dan dikit-demi dikit buka kitab-kitab hadist misalnya, itulah yang akan tahu marah atau tidaknya Allah.

Kok bisa gitu....???

Coba saja ketika seseorang buka tafsir misalnya atau baca terjemah Qur'an terus sambil menghayati dan merenung apa yang dibaca, ketikasampai pada ayat:



"Jika kamu bersyukur maka Aku akan menambah (nikmat) itu kepadamu. Dan jika kamu ingkar, maka sungguh siksa Ku amat pedih." (QS. Ibrahim: 7)



Nah, mulailah hati kita berbicara jujur, apakah kita bersyukur atau tidak? Hati tidak akan pernah bohong,dan jika selama ini kita tidak pernah bersyukur, alias selalu merasa kurang karena selalu melihat diatas, apa yang kita peroleh selama ini dianggap hasil keringat sendiri. Jarang memberi kepada anak yatim, orang miskin, janda da nlainnya. Maka di situlah kita tahu bahwa selama ini Allah marah kepada kita. Tinggal menanti saja saat-saat hukuman Allah kepada kita.

Atau ketika kita sampai pada ayat:



" Celakaanlah bagi pengumpat dan pencela," (QS. Al-Humazah:1)



Tiba-tiba kita tersadar, selama ini kita banyak mencela, bisa jadi kita mencela dalam "koridor" agama, wah kasihan sekali banyak orang Islam kagak bener ibadahnya." Banyak yang nggak bener akidahnya...dan banyak lagi.Nggak terasa kita mencela meskipun di Comment FB, meskipun di Wall FB. Sampai nggak sadar mana nasihat atau pengecam???

Padahal jelas sekali baginda Nabi Saw pernah wanti-wanti agar menghindarkan mengecam sesama muslim seburuk apapun yang dilakukannya:



"Mencela seorang muslim itu perbuatan fasiq sedangkan memeranginya adalah perbuatan kufur." (HR.Bukhari Muslim)



Coba kita bayangkan!! mencela sesama muslim itu oleh baginda Nabi dikategorikan fasiq. Apa itu fasiq? Sering melakukan dosa . Kalau begitu orang yang mencela ataupun apapu nbentuknya yang mengarah pada celaan orang nya justeru berdosa??

Jadi apa gunanya mencela orang lain, sepertinya menasehati padahal tenyata hanya kecaman. Sambil teriak lagi, diketahui orang banyak lagi, tapi kagak sadar bahwa dia juga justeru dosa???... Capek dech.

Padahal jelas sekali ada hadist yang menyatakan:



"Berbahagialah orang yang sibuk memperhatikan aib dirinya sendiri daripada sibuk memperhatikan aib orang lain"(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).



Nah orang yang sering belajarIslam, kakinya sibuk menjelajahi masjid-masjid untuk belajar akan tahu apa yang harus diperbuat. Dalam hadist disebutkan Berbahagialah...jadi kebalikan dari hadist itu atau istilah kerennya Mafhum Mukhalafah(Membalikan pengertian asal), Yang orang celaka alias bakalan datang murka Allah kalau mulut terus bicara nggak karuan,walaupun yang dibicarakan dianggapnya bagian dari agama. Atau nulis dengan kata-kata yang menyakitkan perasaan orang lain.



Jadi Apa Kesimpulanya Donk!!!



Masih banyak ayat atau hadist yang bisa menjadi bayangan bagi kita untuk mengetahui apa Allah marah pada kita atau tidak!! Karena kemarahan Allah itu tentu saja tidak akan tampak. Jangan sampa ikita mengetahuinya belakangan!! Dimana sudah tidak dapat lagi mengoreksikesalahan kita.

Ternyata orang yang belajar Ilmu Islam, orang yang giat mencari ilmu, orang yang tidak lelah mencari ilmu agama itulah yang akan tahu, akan merasakan, atau meraba marah atau tidaknya Allah



Lah wong saya banyak shalat kok?? Saya udeh banyak zikir kok?

Emang betul keduanya sarana mendekatkan diri pada Allah, tapi cobatanya pada hati kita, apa dengan amalan semacam itu saja kita bisa melihat "kemarahan" Allah.

Tidak salah kiranya kalau Allah memuji orang yang giat mencari ilmu agama, giat mendatangi majelis taklim, giat baca- baca buku Islam:



" Sesungguhnya yang takut kepad aAllah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang berilmu)" (QS.Fathir:28)



Bukankah karena ketakutan ini seseorang akan menjaga "perasaan" Allah agar Dia tidak marah???



Ya Allah, janganlah KAU siksa kami karena lupa atau bersalah. Ya Allah, janganlah KAU bebankan pada kami beban yang berat sebagaimana telah KAU bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Allah janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kamj, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami dalam mengalahkan orang-orang kafir."(QS. Al-Baqarah: 286).



Semoga bermanfaat
Pengertian dan Tujuan Da'wah

Da'wah Secara lughawi berasal dari bahasa Arab, da'wah yang artinya seruan, panggilan, undangan. Secara istilah, kata da'wah berarti menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah Swt. dan rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Syaikh Ali Mahfuzh -murid Syaikh Muhammad Abduh- sebagai pencetus gagasan dan penyusunan pola ilmiah ilmu da'wah memberi batasan mengenai da'wah sebagai: "Membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma'ruf dan maencegah dari perbuatan yang munkar, supaya mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan di dunia dan di akhirat."

Da'wah adalah usaha penyebaran pemerataan ajaran agama di samping amar ma'ruf dan nahi munkar. Terhadap umat Islam yang telah melaksanakan risalah Nabi lewat tiga macam metode yang paling pokok yakni da'wah, amar ma'ruf, dan nahi munkar, Allah memberi mereka predikat sebagai umat yang berbahagia atau umat yang menang .

Adapun mengenai tujuan da'wah, yaitu: pertama, mengubah pandangan hidup. Dalam QS. Al Anfal: 24 di sana di siratkan bahwa yang menjadi maksud dari da'wah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja. Manusia dituntut untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya.

Kedua, mengeluarkan manusia dari gelap-gulita menuju terang-benderang. Ini diterangkan dalam firman Allah: "Inilah kitab yang kami turunkan kepadamu untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada terang-benderang dengan izin Tuhan mereka kepada jalan yang perkasa, lagi terpuji." (QS. Ibrahim: 1)

Urgensi dan Strategi Amar ma'ruf Nahi munkar

Dalam Al-Qur'an dijumpai lafadz "amar ma'ruf nahi munkar" pada beberapa tempat. Sebagai contoh dalam QS. Ali Imran: 104: "Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung". Hasbi Ash Siddieqy menafsirkan ayat ini: "Hendaklah ada di antara kamu suatu golongan yang menyelesaikan urusan dawah, menyuruh ma'ruf (segala yang dipandang baik oleh syara` dan akal) dan mencegah yang munkar (segala yang dipandang tidak baik oleh syara` dan akal) mereka itulah orang yang beruntung."

Dalam ayat lain disebutkan "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah" (QS. Ali Imran: 110). Lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar tersebut juga bisa ditemukan dalam QS. At Taubah: 71, Al Hajj: 41, Al-A'raf: 165, Al Maidah: 78-79 serta masih banyak lagi dalam surat yang lain.

Bila dicermati, ayat-ayat di atas menyiratkan bahwa amar ma'ruf nahi munkar merupakan perkara yang benar-benar urgen dan harus diimplementasikan dalam realitas kehidupan masyarakat. Secara global ayat-ayat tersebut menganjurkan terbentuknya suatu kelompok atau segolongan umat yang intens mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kejelekan. Kelompok tersebut bisa berupa sebuah organisasi, badan hukum, partai ataupun hanya sekedar kumpulan individu-individu yang sevisi. Anjuran tersebut juga dikuatkan dengan hadits Rasulullah: "Jika kamu melihat umatku takut berkata kepada orang dzhalim, 'Hai dzhalim!', maka ucapkan selamat tinggal untuknya."

Dari ayat-ayat di muka dapat ditangkap bahwa amar ma'ruf dan nahi munkar merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Allah dalam menilai kualitas suatu umat. Ketika mengangkat kualitas derajat suatu kaum ke dalam tingkatan yang tertinggi Allah berfirman: "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia." Kemudian Allah menjelaskan alasan kebaikan itu pada kelanjutan ayat: "Menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar." (QS. Ali Imran: 110). Demikian juga dalam mengklasifikasikan suatu umat ke dalam derajat yang serendah-rendahnya, Allah menggunakan eksistensi amar ma'ruf nahi munkar sebagai parameter utama. Allah Swt. berfirman: "Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Isra'il melalui lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat." (QS. Al Maidah 78-79). Dari sinipun sebenarnya sudah bisa dipahami sejauh mana tingkat urgensitas amar ma'ruf nahi munkar.

Bila kandungan ayat-ayat amar ma'ruf nahi munkar dicermati, -terutama ayat 104 dari QS. Ali Imran- dapat diketahui bahwa lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar lebih didahulukan dari lafadz iman, padahal iman adalah sumber dari segala rupa taat. Hal ini dikarenakan amar ma'ruf nahi munkar adalah bentengnya iman, dan hanya dengannya iman akan terpelihara. Di samping itu, keimanan adalah perbuatan individual yang akibat langsungnya hanya kembali kepada diri si pelaku, sedangkan amar ma'ruf nahi munkar adalah perbuatan yang berdimensi sosial yang dampaknya akan mengenai seluruh masyarakat dan juga merupakan hak bagi seluruh masyarakat.

Hamka berpendapat bahwa pokok dari amar ma'ruf adalah mentauhidkan Allah, Tuhan semesta alam. Sedangkan pokok dari nahi munkar adalah mencegah syirik kepada Allah. Implementasi amar ma'ruf nahi munkar ini pada dasarnya sejalan dengan pendapat khalayak yang dalam bahasa umumnya disebut dengan public opinion, sebab al ma'ruf adalah apa-apa yang disukai dan diingini oleh khalayak, sedang al munkar adalah segala apa yang tidak diingini oleh khalayak. Namun kelalaian dalam ber-amar ma'ruf telah memberikan kesempatan bagi timbulnya opini yang salah, sehingga yang ma'ruf terlihat sebagai kemunkaran dan yang munkar tampak sebagai hal yang ma'ruf.

Konsisnten dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar adalah sangat penting dan merupakan suatu keharusan, sebab jika ditinggalkan oleh semua individu dalam sebuah masyarakat akan berakibat fatal yang ujung-ujungnya berakhir dengan hancurnya sistem dan tatanan masyarakat itu sendiri. Harus disadari bahwa masyarakat itu layaknya sebuah bangunan. Jika ada gangguan yang muncul di salah satu bagian, amar ma'ruf nahi munkar harus senantiasa diterapkan sebagai tindakan preventif melawan kerusakan. Mengenai hal ini Rasulullah Saw. memberikan tamsil: "Permisalan orang-orang yang mematuhi larangan Allah dan yang melanggar, ibarat suatu kaum yang berundi di dalam kapal. Di antara mereka ada yang di bawah. Orang-orang yang ada di bawah jika hendak mengambil air harus melawati orang-orang yang ada di atas meraka. Akhirnya mereka berkata 'Jika kita melubangi kapal bagian kita, niscaya kita tidak akan mengganggu orang yang di atas kita'. Jika orang yang di atas membiarkan mereka melubangi kapal, niscaya semua akan binasa. Tetapi jika orang yang di atas mencegah, maka mereka dan semuannya akan selamat."

Suatu kaum yang senantiasa berpegang teguh pada prinsip ber-amar ma'ruf nahi munkar akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah Swt. yang antara lain berupa:

1. Ditinggikan derajatnya ke tingkatan yang setinggi-tingginya (QS. Ali Imran: 110).
2. Terhindar dari kebinasaan sebagaimana dibinasakannya Fir'aun beserta orang-orang yang berdiam diri ketika melihat kedzalimannya.
3. Mendapatkan pahala berlipat dari Allah sebagaimana sabda Nabi Saw.: "Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun".
4. Terhindar dari laknat Allah sebagai mana yang terjadi pada Bani Isra'il karena keengganan mereka dalam mencegah kemunkaran. (QS. Al-Maidah: 78-79).

Secara prinsipil seorang Muslim dituntut untuk tegas dalam menyampaikan kebenaran dan melarang dari kemunkaran. Rasul Saw. bersabda: "Barang siapa di antara kamu menjumpai kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu hendaklah dengan lisannya, dan jika masih belum mampu hendaklah ia menolak dengan hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah selemah-lemahnya iman". Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk ber-amar ma'ruf dengan kekuasaan dalam arti kedudukan dan kemampuan fisik dan kemampuan finansial. Amar ma'ruf dan khususnya nahi munkar minimal diamalkan dengan lisan melalui nasihat yang baik, ceramah-ceramah, ataupun khutbah-khutbah, sebab semua. Muslim tentunya tidak ingin bila hanya termasuk di dalam golongan yang lemah imannya.

Da'wah dan amar ma'ruf nahi munkar dengan metode yang tepat akan menghantarkan dan menyajikan ajaran Islam secara sempurna. Metode yang di terapkan dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar tersebut sebenarnya akan terus berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat yang dihadapi para da'i. Amar ma'ruf dan nahi munkar tidak bertujuan memperkosa fitrah seseorang untuk tunduk dan senantiasa mengikuti tanpa mengetahui hujjah yang dipakai, tetapi untuk memberikan koreksi dan membangkitkan kesadaran dalam diri seseorang akan kesalahan dan kekurangan yang dimiliki.

Ketegasan dalam menyampaikan amar ma'ruf dan nahi munkar bukan berarti menghalalkan cara-cara yang radikal. Implementasinya harus dengan strategi yang halus dan menggunakan metode tadarruj (bertahap) agar tidak menimbulkan permusuhan dan keresahan di masyarakat. Penentuan strategi dan metode amar ma'ruf nahi munkar harus mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat yang dihadapi. Jangan sampai hanya karena kesalahan kecil dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar justru mengakibatkan kerusakan dalam satu umat dengan social cost yang tinggi.

Dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar hendaknya memperhatikan beberapa poin yang insya Allah bisa diterapkan dalam berbagai bentuk masyarakat:

1. Hendaknya amar ma'ruf nahi munkar dilakukan dengan cara yang ihsan agar tidak berubah menjadi penelanjangan aib dan menyinggung perasaan orang lain. Ingatlah ketika Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar berbicara dengan lembut kepada Fir'aun (QS. Thaha: 44).
2. Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah diri, sebab cara amar ma'ruf yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan.
3. Menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar disandarkan kepada keihklasan karena mengharap ridla Allah, bukan mencari popularitas dan dukungan politik.
4. Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan menurut Al-Qur'an dan Al-Sunnah, serta diimplementasikan di dalam masyarakat secara berkesinambungan.

Dalam menyampaikan da'wah amar ma'ruf nahi munkar, para da'i dituntut memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, baik kepada Allah maupun masyarakat dan negara. Bertanggung jawab kepada Allah dalam arti bahwa da'wah yang ia lakukan harus benar-benar ikhlas dan sejalan dengan apa yang telah digariskan oleh Al Qur'an dan Sunnah. Bertanggung jawab kepada masyarakat atau umat menganduang arti bahwa da'wah Islamiyah memberikan kontribusi positif bagi kehidupan sosial umat yang bersangkutan. Bertanggung jawab kepada negara mengandung arti bahwa pengemban risalah senantiasa memperhatikan kaidah hukum yang berlaku di negara dimana ia berda'wah. Jika da'wah dilakukan tanpa mengindahkan hukum positif yang berlaku dalam sebuah negara, maka kelancaran da'wah itu sendiri akan terhambat dan bisa kehilangan simpati dari masyarakat.

Cantiknya Bidadari…

Cantiknya Bidadari…

Penulis: Ummu Ziyad Fransiska Mustikawati dan Ummu Rumman Siti Fatimah
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar

Terheran-heran. Tapi itulah kenyataan. Seseorang – yang mungkin dengan mudahnya – melepas jilbabnya dan merasa enjoy mempertontonkan kecantikannya. Entah dengan alasan apa, kepuasan pribadi, materi dunia, popularitas yang semuanya berujung pada satu hal, yaitu hawa nafsu yang tak terbelenggu.

Padahal… nun di surga sana, terdapat makhluk yang begitu cantik yang belum pernah seorang pun melihat ada makhluk secantik itu. Dan mereka sangat pemalu dan terjaga sehingga kecantikan mereka hanya dinikmati oleh suami-suami mereka di surga.

Berikut ini adalah kumpulan ayat dan hadits yang menceritakan tentang para bidadari surga.

Harumnya Bidadari

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kecantikan Fisik

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rombongan yang pertama masuk surga adalah dengan wajah bercahaya bak rembulan di malam purnama. Rombongan berikutnya adalah dengan wajah bercahaya seperti bintang-bintang yang berkemilau di langit. Masing-masing orang di antara mereka mempunyai dua istri, dimana sumsum tulang betisnya kelihatan dari balik dagingnya. Di dalam surga nanti tidak ada bujangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُم بِحُورٍ عِينٍ

“Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.” (Qs. Ad-Dukhan: 54)

Abu Shuhaib al-Karami mengatakan, “Yang dimaksud dengan hur adalah bentuk jamak dari haura, yaitu wanita muda yang cantik jelita dengan kulit yang putih dan dengan mata yang sangat hitam. Sedangkan arti ‘ain adalah wanita yang memiliki mata yang indah.

Al-Hasan berpendapat bahwa haura adalah wanita yang memiliki mata dengan putih mata yang sangat putih dan hitam mata yang sangat hitam.

Sopan dan Pemalu

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati bidadari dengan “menundukkan pandangan” pada tiga tempat di Al-Qur’an, yaitu:

“Di dalam surga, terdapat bidadari-bidadari-bidadari yang sopan, yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan biadadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahman: 56-58)

“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya.” (Qs. Ash-Shaffat: 48)

“Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.”

Seluruh ahli tafsir sepakat bahwa pandangan para bidadari surgawi hanya tertuju untuk suami mereka, sehingga mereka tidak pernah melirik lelaki lain.

Putihnya Bidadari

Allah Ta’ala berfirman, “Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. ar-Rahman: 58)

al-Hasan dan mayoritas ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah bidadari-bidadari surga itu sebening yaqut dan seputih marjan.

Allah juga menyatakan,“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah.” (Qs. Ar-Rahman: 72)

Maksudnya mereka itu dipingit hanya diperuntukkan bagi para suami mereka, sedangkan orang lain tidak ada yang melihat dan tidak ada yang tahu. Mereka berada di dalam kemah.

Baiklah…ini adalah sedikit gambaran yang Allah berikan tentang bidadari di surga. Karena bagaimanapun gambaran itu, maka manusia tidak akan bisa membayangkan sesuai rupa aslinya, karena sesuatu yang berada di surga adalah sesuatu yang tidak/belum pernah kita lihat di dunia ini.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh pikiran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah mengetahui sifat fisik dan akhlak bidadari, maka bukan berarti bidadari lebih baik daripada wanita surga. Sesungguhnya wanita-wanita surga memiliki keutamaan yang sedemikian besar, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

“Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan lagi, seorang manusia telah Allah ciptakan dengan sebaik-baik rupa,

“Dan manusia telah diciptakan dengan sebaik-baik rupa.” (Qs. At-Tiin: 4)

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.” (HR. Ath Thabrani)

Subhanallah. Betapa indahnya perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah perkataan yang seharusnya membuat kita, wanita dunia, menjadi lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk menjadi wanita shalihah. Berusaha untuk menjadi sebaik-baik perhiasan. Berusaha dengan lebih keras untuk bisa menjadi wanita penghuni surga..

Nah, tinggal lagi, apakah kita mau berusaha menjadi salah satu dari wanita penghuni surga?

Maraji’:
Mukhtashor Hadil al-Arwah ila Bilad al-Afrah (Tamasya ke Surga) (terj), Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah.

Rabu, 30 Maret 2011

Ketika Masjid Dan Rumah Bordir Roboh

ADA DUA LELAKI. Keduanya adalah saudara kandung. Lahir di dalam keluarga yang taat beragama. Namun perilaku dua orang itu berbeda dan akhir hidup mereka juga berbeda.

Yang tua, sejak kecil dikenal baik, alim dan ahli ibadah. Ia tidak suka menyakiti orang lain. Tidak suka hura-hura. Tak pernah menyentuh gelas minuman keras apalagi meminumnya. Waktu mudanya banyak dihabiskan di masjid. Ia juga tidak suka bergaul dengan wanita yang bukan mahramnya. Pernah ia dirayu seorang gadis cantik yang masih sepupunya, namun ia teguh dalam keimanannya. Karena amal perbuatannya yang baik dan akhlaknya ia dicintai oleh keluarga dan masyarakat.

Sedangkan adiknya, sangat berbeda dengan kakaknya. Sejak kecil ia dikenal nakal. Sejak remaja sudah biasa masuk tempat maksiat. Rumah bordil adalah tempat biasa ia mangkal. Hampir tiap hari ia mabuk dan melakukan pelbagai macam maksiat di rumah bordil miliknya itu. Kadang-kadang ia juga ikut gerombolan perampok, untuk merampas harta orang lain. Saat merampok ia bahkan terkadang juga melakukan pemerkosaan. Hampir segala jenis maksiat dan perbuatan yang menjijikan telah ia lakukan untuk memuaskan hawa nafsunya. Perbuatan jahatnya itu membuat dirinya dibenci oleh keluarga dan masyarakat.

Suatu ketika, sang kakak yang alim dan ahli ibadah merenung. Tiba-tiba dengan halus sekali nafsunya berkata padanya,

“Sejak kecil kau selalu berbuat kebaikan dan beribadah. Kau telah mendapat tempat di hati masyarakat dan dikenal sebagai orang baik. Namun kau tidak pernah merasakan nikmatnya hidup sedikitpun. Kenapa tidak sesekali kau datang ke tempat adikmu menghibur diri di rumah bordilnya. Sesekali saja. Setelah itu kau bisa tobat. Kau bisa membaca istighfar ribuan kali dalam sholat tahujjud. Bukankah Allah itu Maha Pengampun ?”

Bujukan hawa nafsunya itu ternyata masuk dalam pikirannya. Setan pun dengan sangat halus masuk melalui pori-pori dan aliran darah. Ia berkata pada diri sendiri, “Benar juga. Kenapa aku tidak sesekali menghibur diri? Hidup cuma sekali. Nanti malam aku mau menari dan bersenang-senang bersama wanita cantik di rumah bordil adikku. Setelah itu aku pulang dan bertobat kepada Allah Swt. Dia Maha Pengasih lagi Maha Pengampun.”

Sementara di rumah bordil. Adiknya juga merenung. Ia merasa jenuh dengan hidup yang dijalaninya. Nuraninya berkata,

“Sudah bertahun-tahun aku hidup bergelimang dosa. Bermacam maksiat telah aku lakukan. Apakah aku akan hidup begini terus? Keluarga membenciku karena perbuatanku. Juga masyarakat, mereka memusuhiku karena kejahatanku. Kenapa aku tidak mencoba hidup baik-baik seperti kakak. Ah, bagaimanakah besok kalau aku telah mati. Bagaimana aku mempertanggungjawabkan perbuatanku. Kalau begini terus kelak aku akan masuk neraka. Hidup susah di akhirat sana. Sementara kakakku akan hidup nikmat di surga. Tidak! Aku tidak boleh hidup dalam lembah maksiat terus. Aku harus mencoba hidup di jalan yang lurus. Nanti malam habis maghrib aku akan ke masjid tempat kakak beribadah. Aku mau tobat dan ikut shalat. Aku mau kembali ke pangkuan Allah Swt. Aku mau beribadah sepanjang sisa hidupku. Semoga saja Allah mau mengampuni dosa-dosaku yang telah lalu.”

Dan benarlah. Ketika malam datang kedua saudara itu melakukan niatnya masing-masing. Usai shalat maghrib, sang kakak kembali ke rumah, ganti pakaian dan bergegas menuju rumah bordil. Adapun sang adik, telah pergi meninggalkan rumah bordil begitu mendengar suara azan maghrib. Jalan yang diambil dua bersaudara itu tidak sama, sehingga keduanya tidak berjumpa di tengah jalan.

Sampai di rumah bordil sang kakak mencari adiknya. Namun tidak ada. Orang-orang yang ada di rumah bordil tidak ada yang tahu kemana adiknya itu pergi. Meskipun adiknya tidak ada ia tetap melaksanakan niatnya. Nafsu telah menguasai akal pikirannya. Ia pun menuruti segala yang diinginkan nafsunya di rumah bordil itu bersama para penari dan pelacur.

Di tempat lain, sang adik sampai masjid tempat kakaknya biasa ibadah. Ia sudah bertekad bulat untuk tobat meninggalkan semua perbuatan buruknya. Ia mengambil air wudhu dan masuk ke dalam masjid. Ia mencari-cari kakaknya, ternyata tidak ada. Padahal biasanya kakaknya selalu beritikaf di masjid usai maghrib sampai isya. Ia bertanya pada penjaga masjid, namun ia tidak tahu kemana perginya. Meskipun tidak ada kakaknya niatnya telah bulat. Ia melakukan shalat dan beristighfar sebanyak-banyaknya dengan mata bercucuran air mata.

Tiba-tiba bumi tergoncang dengan hebatnya.

“Awas ada gempa ! Ada gempa !” teriak orang-orang di jalan.

Orang-orang panik keluar dari rumah untuk menyelamatkan diri. Takut kalau-kalau rumah mereka runtuh. Sang adik yang sedang larut dalam kenikmatan tobatnya tidak beranjak dari dalam masjid. Ia tidak merasakan ada gempa. Demikian juga sang kakak yang saat itu sedang terlena di rumah bordil. Ia sama sekali tidak merasakan gempa. Goncangan gempa malam itu cukup keras. Beberapa bangunan roboh. Termasuk masjid dan rumah bordil.

Keesokan harinya. Sang kakak ditemukan tewas diantara reruntuhan rumah bordil di samping mayat seorang penari wanita dalam keadaan yang memalukan. Sedangkan adiknya juga ditemukan tewas di antara reruntuhan masjid. Kedua tangannya mendekap sebuah mushaf di dada.

Masyarakat yang tahu ihwal kedua kakak beradik itu meneteskan air mata. Mereka tidak habis pikir, orang yang selama ini dikenal ahli ibadah kok bisa tewas dengan cara yang sedemikian tragisnya. Sedangkan adiknya yang selama ini dikenal ahli maksiat kok bisa husnul khatimah. Dengan peristiwa itu orang-orang diberi pelajaran yang sangat berharga. Bahwa kematian bisa datang kapan saja. Hanya Allah yang tahu. Maka jangan sekali-kali iseng menuruti hawa nafsu. Siapa tahu saat sedang menuruti hawa nafsu itulah maut menjemput. Na’udzubillahi min dzalik. Bahwa niat baik harus selalu dijaga, agar Allah Swt menganugerahkan akhir hidup yang indah. Akhir hidup yang diridhai-Nya.
“Ya Allah, karuniakanlah kepada kami keteguhan dan keistiqomahan berada dalam jalan-Mu. Karuniakanlah kepada kami husnul khatimah. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.”
Add caption
Keutamaan surah al mulk  : yang dapat menjaga dari siksaan kubur

Pertanyaan: Apakah shohih? Hadits yg menyatakan bahwa dengan hapal surat Al-mulk dan dibaca berulang-ulang dapat menjaganya dari siksa kubur, dan di akherat nanti dapat menjadi salah satu syafaat? Makasih.

Jawaban:

Pertama: Memang banyak fadhilah dan keutamaan dari surat al-Mulk, diantaranya yang shohih (bisa dijadikan pegangan) adalah:

ـ(1) عن أبي هريرة، عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: سورة من القرأن، ثلاثون اية؛ تَشْفَعُ لصاحبها حتى يُغْفَرَ له: تبارك الذي بيده الملك. (رواه أبو داود واللفظ له, والترمذي وغيرهما، وصححه ابن حبان والحاكم والذهبي، وحسنه الترمذي والألباني)ـ

Dari Abu Huroiroh, Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Ada surat dari Alqur’an yang terdiri dari 30 ayat, Surat tersebut dapat memberikan syafa’at bagi ‘temannya’ (yakni orang yang banyak membacanya) sehingga orang tersebut diampuni dosanya, yaitu: Surat Tabarokalladi bi yadihil mulk“. (HR. Abu Dawud dg redaksinya, diriwayatkan pula oleh at-Tirmidzi dan yang lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, dan adz-Dzahabi, sedangkan at-Tirmidzy dan Albani menghasankannya)

ـ(2) عن أنس بن مالك قال، قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: سورة من القرآن، ما هي إلا ثلاثون آية، خاصمت عن صاحبها حتى أدخلته الجنة، و هي تبارك. (رواه الطبراني في المعجم الأوسط وحسنه الألباني في صحيح الجامع)ـ

Anas bin Malik mengatakan, Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam bersabda: “Ada surat dari Alqur’an, ia hanya terdiri dari 30 ayat, Surat tersebut dapat membela ‘temannya’ sehingga memasukkannya ke surga, yaitu: Surat Tabarok“. (HR. Thobaroni dalam Mu’jamul Ausath, dan dihasankan oleh Albani dalam Shohihul Jami’)

ـ(3) عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: من قرأ تبارك الذي بيده الملك كل ليلة، منعه الله عز وجل بها من عذاب القبر، وكنا في عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم نسميها “المانعة”، وإنها في كتاب الله عز وجل سورة، من قرأ بها في ليلة فقد أكثر وأطاب. (رواه النسائي واللفظ له والحاكم وقال صحيح الإسناد وحسنه الألباني)ـ

Abdulloh bin Mas’ud mengatakan: “Barangsiapa membaca surat Tabarokalladi bi yadihil mulk setiap malam, maka Alloh azza wajall menghindarkannya dari adzab kubur, dan dahulu kami (para sahabat) di saat Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- (masih hidup) menamainya “al-Mani’ah” (penghindar/penghalang). Sungguh surat tersebut ada dalam Kitabulloh, barangsiapa membacanya dalam suatu malam, maka ia telah banyak berbuat kebaikan” (HR. Nasa’i dengan redaksinya, diriwayatkan pula oleh al-Hakim dan ia mengatakan: sanadnya shohih, dan dihasankan oleh Albani)

ـ(4) عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَنَامُ حَتَّى يَقْرَأَ الم تَنْزِيلُ وَتَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ. (رواه أحمد والترمذي وغيرهما وصححه الألباني)ـ

Dari Jabir, sesungguhnya Nabi -shollallohu alaihi wasalam- tidak pernah tidur (malam) sehingga ia membaca surat Alif lam mim tanzil (biasa disebut Surat as-Sajdah) dan surat Tabarokalladi bi yadihil mulk (biasa disebut surat al-Mulk). (HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan yang lainnya, dihasankan oleh Albani)

ـ(5) عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أُعْطِيتُ مَكَانَ التَّوْرَاةِ السَّبْعَ، وَأُعْطِيتُ مَكَانَ الزَّبُورِ الْمَئِينَ، وَأُعْطِيتُ مَكَانَ الْإِنْجِيلِ الْمَثَانِيَ، وَفُضِّلْتُ بِالْمُفَصَّلِ. (رواه أحمد وحسنه الألباني والأرناؤوط)ـ

Dari Waatsilah ibnul Asqo’, sesungguhnya Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Aku telah dikaruniai Assab’u yang sebanding dengan kitab Taurat, aku juga diberi Alma’in yang sebanding dengan kitab Zabur, aku juga diberi Almatsani yang sebanding dengan kitab Injil, dan aku dikaruniai kelebihan dengan Almufash-shol” (HR. Ahmad, dan dihasankan oleh Albani dan Al-Arnauth).

Kedua: Fadhilah Surat Almulk bisa diraih oleh mereka yang banyak membacanya, terutama di waktu malam menjelang tidur, sebagaimana diterangkan dalam hadits no: 3 dan 4. Jadi tidak tepat kalau dikatakan bahwa keutamaan tersebut hanya khusus bagi mereka yang menghafalnya saja.

Ketiga: Waktu untuk membaca Surat Almulk ini bisa kapan saja, akan tetapi Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- biasa membacanya saat menjelang tidur malam.

Keempat: Melihat keterangan hadits-hadits di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa memperbanyak membaca Surat Almulk dapat menghindarkan seseorang dari siksa kubur dan siksa neraka.

Kelima: Perlu kami ingatkan di sini, bahwa banyak sekali hadits-hadits tentang keutamaan surat Alqur’an yang dhoif (lemah) bahkan maudhu’ (palsu). Oleh karena itu, hendaklah kita berhati-hati dalam menerima keterangan tentang keutamaan surat Alqur’an, agar kita tidak terjatuh dalam amalan bid’ah dan kepercayaan yang tak berdasar. Hendaklah kita tidak mengamalkan hadits, kecuali telah jelas keshohihannya…

Wallohu a’lam bis showab, sekian jawaban dari kami, semoga bermanfaat bagi diri ana sendiri, penanya, dan para pembaca semuanya… amin… wassalam…
Pada hari ini telah AKU Sempurnakan agamamu untukmu,dan telah AKU Cukupkan nikmat-KU bagimu,dan telah AKU ridhoi "ISLAM" sebagai agamamu(al-Ma`ìdah:3) 

pada hari ini kita akan membahas tentang :

ZUHUD

Kata zuhud sering disebut-sebut ketika kita mendengar nasehat dan seruan agar mengekang ketamakan terhadap dunia dan mengejar kenikmatannya yang fana dan pasti sirna, dan agar jangan melupakan kehidupan akhirat yang hakiki setelah kematian. Hal ini sebagaimana peringatan Allah tentang kehidupan dunia yang penuh dengan fatamorgana dan berbagai keindahan yang melalaikan dari hakikat kehidupan yang sebenarnya.

Allah berfirman,

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Allah menyerupakan kehancuran dunia dan kefanaannya yang begitu cepat dengan hujan yang turun ke permukaan bumi. Ia menumbuhkan tanaman yang menghijau lalu kemudian berubah menjadi layu, kering dan pada akhirnya mati. Demikianlah kenikmatan dunia, yang pasti pada saatnya akan punah dan binasa. Maka barangsiapa mengambil pelajaran dari permisalan yang disebutkan di atas, akan mengetahui bahwa dunia ibarat es yang semakin lama semakin mencair dan pada akhirnya akan hilang dan sirna. Sedangkan segala apa yang ada di sisi Allah adalah lebih kekal, dan akhirat itu lebih baik dan utama sebagaimana lebih indah dan kekalnya permata dibandingkan dengan es. Apabila seseorang mengetahui dengan yakin akan perbedaan antara dunia dan akhirat dan dapat membandingkan keduanya, maka akan timbul tekad yang kuat untuk menggapai kebahagian dunia akhirat.

Definisi Zuhud

Banyak sekali penjelasan ulama tentang makna zuhud. Umumnya mengarah kepada makna yang hampir sama. Di sini akan disampaikan sebagian dari pendapat tersebut.

Makna secara bahasa:

Zuhud menurut bahasa berarti berpaling dari sesuatu karena hinanya sesuatu tersebut dan karena (seseorang) tidak memerlukannya. Dalam bahasa Arab terdapat ungkapan “syaiun zahidun” yang berarti “sesuatu yang rendah dan hina”.

Makna secara istilah:

Ibnu Taimiyah mengatakan – sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnu al-Qayyim – bahwa zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat.

Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran.

Di sini zuhud ditafsirkan dengan tiga perkara yang semuanya berkaitan dengan perbuatan hati:

1. Bagi seorang hamba yang zuhud, apa yang ada di sisi Allah lebih dia percayai daripada apa yang ada di tangannya sendiri. Hal ini timbul dari keyakinannya yang kuat dan lurus terhadap kekuasaan Allah. Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya, “Berupa apakah hartamu?” Beliau menjawab, “Dua macam. Aku tidak pernah takut miskin karena percaya kepada Allah, dan tidak pernah mengharapkan apa yang ada di tangan manusia.” Kemudian beliau ditanya lagi, “Engkau tidak takut miskin?” Beliau menjawab, “(Mengapa) aku harus takut miskin, sedangkan Rabb-ku adalah pemilik langit, bumi serta apa yang berada di antara keduanya.”

2. Apabila terkena musibah, baik itu kehilangan harta, kematian anak atau yang lainnya, dia lebih mengharapkan pahala karenanya daripada mengharapkan kembalinya harta atau anaknya tersebut. Hal ini juga timbul karena keyakinannya yang sempurna kepada Allah.

3. Baginya orang yang memuji atau yang mencelanya ketika ia berada di atas kebenaran adalah sama saja. Karena kalau seseorang menganggap dunia itu besar, maka dia akan lebih memilih pujian daripada celaan. Hal itu akan mendorongnya untuk meninggalkan kebenaran karena khawatir dicela atau dijauhi (oleh manusia), atau bisa jadi dia melakukan kebatilan karena mengharapkan pujian. Jadi, apabila seorang hamba telah menganggap sama kedudukan antara orang yang memuji atau yang mencelanya, berarti menunjukkan bahwa kedudukan makhluk di hatinya adalah rendah, dan hatinya dipenuhi dengan rasa cinta kepada kebenaran.

Hakekat zuhud itu berada di dalam hati, yaitu dengan keluarnya rasa cinta dan ketamakan terhadap dunia dari hati seorang hamba. Ia jadikan dunia (hanya) di tangannya, sementara hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan akhirat.

Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara total dan menjauhinya. Lihatlah Nabi, teladan bagi orang-orang yang zuhud, beliau mempunyai sembilan istri. Demikian juga Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman, sebagai seorang penguasa mempunyai kekuasaan yang luas sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Para Shahabat, juga mempunyai istri-istri dan harta kekayaan, yang di antara mereka ada yang kaya raya. Semuanya ini tidaklah mengeluarkan mereka dari hakekat zuhud yang sebenarnya.” Wallahu A’lam.